Senin, 21 Januari 2008

Spirit Tahun Baru Hijriyah

Mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.

Baru saja kita memasuki bulan Muharram, bulan yang mengawali tahun baru hijriyah kita untuk tahun 1425 H. Bulan yang tiba-tiba menghentak batin kita untuk segera mengenang peristiwa besar dalam sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari kota Makkah menuju kota Madinah. Setiap awal tahun hijriyah seperti ini kita seharusnya sebagai umat Islam segera membangun semangat baru untuk meningkatkan ketakwaan dalam diri kita. Meningkatkan ketaatan kepada Allah. Dan kita segera mengucapkan pada hari-hari yang telah lewat dari tahun 1424 H. : " selamat jalan, selamat menjadi teguran sejarah atas segala kekurangan dan kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah menyebabkan malapetaka dan kesengsaraan terhadap hidup kami di dunia maupun di akhirat ".

Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.

Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaraNya dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaanNya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepadaNya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya.

Dalam menjalani shalat misalnya, Allah mengaskan dalam Al-Qur'an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarakan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa'dah dan dzulhijjah.

Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur'an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.

Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijkan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: "Seorang mu'min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali". ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permualaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.

Kamis, 03 Januari 2008

bInA HoeBoengan

Hubungan yang baik tidak datang begitu saja, melainkan harus dibina. Ada 7 pilihan yang tidak hanya berguna memperbaiki hubungan, tetapi sekalgus membuat hubungan menjadi lebih harmonis.

1. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri

Ini pilihan terpenting yang dapat Anda ambil untuk memperbaiki hubungan. Anda belajar bagaimana bertanggung jawab atas kebutuhan dan perasaan diri sendiri, bukan menuntut pasangan untuk membahagiakan dan membuat rasa aman terhadap diri Anda.

2. Kebaikan hati, simpati, dan dukungan

Perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Ini inti dari kehidupan spiritual yang mendalam. Semua orang ingin diperlakukan dengan penuh kasih, baik, dimengerti, dan didukung. Kita perlu memperlakukan pasangan serta orang lain dengan cara ini.

Suatu hubungan berkembang dengan baik bila masing-masing pihak memperlakukan pasangannya dengan baik. Pada umumnya, perlakuan baik seseorang terhadap orang lain akan dibalas dengan perlakuan yang baik juga. Tapi ingat, kebaikan kepada orang lain tidak berarti harus mengorbankan diri sendiri. Perlu disadari, bertanggung jawab terhadap diri sendiri merupakan sikap yang paling penting yang harus dilakukan, bukan menyalahkan orang lain.

Bila Anda bersikap baik terhadap diri sendiri dan pada pasangan tetapi pasangan marah dan tidak peduli pada Anda, maka pilihan Anda adalah menerima hubungan yang demikian atau meninggalkan hubungan tersebut. Anda tidak dapat mengubah pasangan kecuali diri Anda yang berubah.

3. Belajar untuk tak menguasai

Bila terjadi konflik, ada dua pilihan untuk menguasainya: membuka diri dengan bersedia belajar tentang diri Anda berdua dan menemukan masalah yang lebih dalam dari konflik yang terjadi. Pilihan kedua, mencoba menang (atau paling tidak tak kalah) melalui beberapa bentuk prilaku memperlihatkan kekuasaan.

Banyak orang merasa perlu mengendalikan orang lain. Semua cara yang kita coba untuk mengendalikan orang lain justru akan menciptakan lebih banyak konflik. Kita harus sadar, cara ini bukan merupakan cara yang baik dalam membina dan memperbaiki suatu hubungan. Justru dengan belajar mengendalikan diri sendiri, kita akan dapat memperbaiki hubungan.

4. Luangkan waktu untuk berdua

Saat pertama kali jatuh cinta, orang akan selalu menyediakan waktu untuk pasangannya. Sesudah menikah, masing-masing sibuk dengan urusannya. Hubungan jadi terancam. Kedua pihak seharusnya menyadari, sangat penting untuk menyediakan waktu bagi pasangannya untuk mengobrol, bermain dan berhubungan intim. Kedekatan tidak dapat dipertahnkan tanpa usaha dari kedua belah pihak.

5. Bersyukur bukan mengeluh

Rasa bersyukur akan mengalirkan energi positif ke masing-masing pasangannya bila keduanya memiliki perasaan bersukur. Mengeluh terus-menerus menciptakan energi negatif yang menimbulkan suasana tidak nyaman. Mengeluh menciptakan stres, sementara bersyukur menciptakan kedamaian.Terutama kedamaian di dalam diri. Oleh karena itu, bersyukur menciptakan tidak hanya hubungan dan emosi yang sehat, tetapi juga fisik yang sehat.

6. Humor

Kita semua tahu, bekerja terlalu serius membuat orang jenuh. Bekerja tanpa bercanda menimbulkan hubungan yang membosankan. Hubungan berkembang bila kedua pasangan bisa tertawa bersama, bercanda bersama, dan humor menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Hentikan sikap yang terlalu serius dan coba belajar melihat kehidupan dari sisi yang lucu. Kedekatan berkembang bila diselingi dengan hal-hal yang ringan dan kedekatan tidak dapat tercipta bila segala sesuatu dipandang dari sisi yang berat serta sulit.

7. Melayani

Cara yang hebat untuk menciptakan kedekatan adalah dengan saling melayani. Saling memberi dan mengisi, akan memberikan kepuasan yang mendalam di dalam jiwa. Sikap melayani membuat Anda untuk tidak egois dan membawa keluar dari masalah yang dialami,serta lebih memberikan ukungan spiritual dalam kehidupan.


Percayalah, jika Anda dan pasangan setuju dengan ketujuh pilihan di atas dan bersedia mempraktikkannya Anda berdua akan kagum melihat perbaikan yang terjadi di dalam hubungan

Kamis, 20 Desember 2007

AMD buat aduan terhadap Intel

Kebanyakan kita, pengguna komputer hanya kenal Intel sahaja. Ini kerana Intel sangat popular berbanding AMD sebagai processor. Kita kenal Pentium tapi kita tak kenal Athlon. Apatah lagi Cyrix. Intel menguasai pasaran processor chip untuk komputer. Adakah produk Intel ini sangat bagus ? Jika anda rajin mencari maklumat mengenai perkara ini di Internet, anda akan dapati AMD adalah tak kurang hebatnya. (Sila lihat analisa AMD - AthlonXP 2100 lawan Intel - P4 2.4 GHz di http://www.hardcoreware.net/reviews/review-83-1.htm ). Oleh itu, mengapa pilih Intel ? Jika ditanya kepada saingan Intel iaitu AMD, jawapannya ialah Intel main kotor. Intel menggunakan pelbagai helah untuk memonopoli pasaran.
Berikut ialah aduan AMD kepada pihak berkuasa Amerika Syarikat berkaitan strategi tidak adil Intel untuk menjatuhkan saingannya.

http://www.amd.com/us-en/Weblets/0,,7832_12670_12684,00.html?redir=CORBF02

Antara intipati aduan tersebut ialah:
- memaksa pelanggan utama untuk menerima tawaran eksklusif
- menahan rebat dan subsidi pemasaran sebagai hukuman kepada pengguna yang membeli lebih processor dari AMD
- memberi amaran tindakan balas kepada pelanggan yang membuat urusan perniagaan dengan AMD
- memaksa pembuat PC untuk memboikot pelancaran produk AMD

Pada pendapat saya, pertandingan yang sihat adalah baik utk pengguna. Ini kerana pengguna akan sentiasa mendapat produk yang terbaik dan mempunyai pilihan yang lebih banyak. Misalnya di Malaysia, apabila syarikat telekomunikasi seperti Maxis, Celcom dan Digi bersaing untuk mendapatkan pelanggan, kadar harga semakin murah dan menguntungkan pengguna. Tetapi jika tiada persaingan seperti ini contohnya Telekom yang tiada saingan kuat, pengguna terpaksa menerima apa saja yang ditawarkan oleh mereka.

Kalau AMD berjaya mendapat perhatian dari usaha mereka ini, saya pasti pada masa akan datang pengguna akan mendapat lebih banyak manfaat. Harga processor akan lebih murah tetapi prestasi akan meningkat tinggi.

Selasa, 13 November 2007

Resensi Buku

Judul Buku : EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

Pengarang : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar

Penerbit : Bumi Aksara

Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program itu sangat urgen dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.
Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1)realisasi atau implementasi suatu kebijakan
(2)terjadi dalam waktu yang relatif lama, karena merupakan kegiatan berkesinambungan (3)terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan yaitu:
(1)menghentikan program, karena dipandangprogram tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
(2)merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan.
(3) melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan.
(4)menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.
Untuk dapat menjadi evaluator, seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: - Mampu melaksanakan
- Cermat
- Objektif
- Sabar dan tekun
- Hati-hati dan bertanggung jawab.
Sudah barang tentu dengan memperhatikan syarat-syarat diatas tidak semua orang bisa menjadi evaluator.
Tujuan evaluasi terdiri dari dua macam yaitu:
1. Tujuan khusus, yang diarahkan pada masing-masing komponen
2. Tujuan umum, yang diarahkan pada program keseluruhan
Dan untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan evaluasi program, kita harus memperhatikan unsur-unsur dalam kegiatan pelaksanaannya yang terdiri dari: a. what=apa yang digarap b. who= siapa yang menggarap c. how= bagaimana menggarapnya.
Dengan memperhatikan pada tiga unsur kegiatan tersebut, ada tiga komponen paling sedikit yang dapat dievaluasi: tujuan, pelaksana kegiatan dan prosedur/teknik pelaksanaan.
Didalam evaluasi ada dua kriteria untuk mempermudah penilaian yaitu, kriteria kuantitatif dan kriteria kualitatif.Kemudian dalam kriteria kuantitatif sendiri dibedakan menjadi dua:
1. Kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan, maksudnya adalah kriteria ini disusun hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa, kriteria ini dilakukan dengan membagi rentangan bilangan.
2. Kriteria kuantitatif dengan pertimbangan, maksudnya adalah seorang evaluator membuat pertimbangan tertentu berdasarkan sudut pandangnya. Sebagai contoh: pada peraturan akademik pada setiap jurusan menentukan persentase pencapaian tujuan belajar sebagai berikut:
* Nilai A : rentangan 80-100%
* Nilai B : rentangan 66-79%
* Nilai C : rentangan 56-65%
* Nilai D : rentangan 40-55%
* Nilai E : kurang dari 40%
Melihat pengkategorian nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa rentangan di dalam setiap kategori tidak sama, demikian juga jarak antara kategori tidak sama. Nah disinilah pertimbangan evaluator dalam kegiatan penilaian diperlukan.
Sedangkan kriteria kualitatif adalah kriteria yang dibuat dengan tidak menggunakan angka-angka didalamnya, hal-hal yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria kualitatif yaitu indikator dan komponen didalamnya.
Dan dari masing-masing kriteria ini tetap ilmiah karena disusun berdasarkan penalaran yang benar.
Didalam evaluasi program pendidikan terdapat ketepatan model evaluasi yang berarti ada ketertautan yang erat antara evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi.Dan jenis program ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Program pemrosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses (output).
b. Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan program.
c. Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang tidak tampak apa yang menjadi ciri utamanya.
Kemudian ada beberapa hal yang dimuat dalam rancangan evaluasi program yaitu:
1. Judul kegiatan
2. Alasan dilaksanakannya Evaluasi
3. Tujuan
4. Pertanyaan evaluasi
5. Metodologi yang digunakan, dan
6. Prosedur kerja dan langkah-langkah kegiatan
Seperti halnya penelitian, evaluasi program memerlukan proposal dan rancangan evaluasi. Perbedaan antara proposal evaluasi program dan rancangan evaluasi program terletak pada tekanan isinya. jika proposal merupakan usulan kegiatan maka, rancangan merupakan peta perjalanan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh evaluator dalam melaksanakan evaluasi.
Dalam perencanaan evaluasi program ada tiga hal yang harus diperhatikan:
1. Analisis kebutuhan, merupakan sebuah proses penting bagi evaluasi program karena melalui kegiatan ini akan dihasilkan gambaran yang jelas tentang kesenjangan antara hal atau kondisi nyata dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan sasarannya adalah siswa, kelas atau sekolah.
2. Menyusun proposal evaluasi program, dengan memperhatikan butir yang rawan adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan, menekankan garis besar bagian isi.
2. Metodologi yang berisi tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode pengumpulan data dan penentuan instrumen pengumpulan data.
3. Penentuan instrumen evaluasi yang menekankan pada alat apa yang diperlukan untuk mengumpulkan data, hal tersebut biasanya harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator.
Secara garis besar evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan:tahap persiapan evaluasi program, tehap pelaksanaan evaluasi program dan tahap monitoring pelaksanaan program.
Analisis data dalam evaluasi program pendidikan dapat dilaksanakan melalui tiga tahap:
1. Tabulasi data, merupakan sebuah pengolahan dan pemrosesan hingga menjadi tabel dengan tujuan agar mudah saat melakukan analisis. Tabulasi ini berisikan variabel-variabel objek yang akan diteliti dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti.
2. Pengolahan data, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah data terkumpul dan ditabulasi.Dari pengolahan data ini dapat diperoleh keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka, simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.
3. Pengolahan data dengan komputer, merupakan kemudahan bagi peneliti bila objek yang diteliti memiliki variabel banyak dan sangat kompleks, hanya dengan memasukkan coding sheet langsung memprosesnya maka hasilnya akan diperoleh cepat.
Kemudian saat menyusun laporan evaluasi biasanya harus memuat empat hal pokok:
1. Permasalahan
2. Metodologo evaluasi
3. Hasil evaluasi, dan
4. Kesimpulan hasil evaluasi
Dan biasanya dalam menyusun laporan evaluasi memuat tujuh hal pokok diantaranya: ringkasan eksekutif, pendahuluan, kajian pustaka, metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi serta daftar pustaka.
Dalam penulisan laporan mempunyai empat tujuan yaitu,
1. Untuk memberikan keterangan
2. Memulai suatu tindakan
3. Mengoordinasi proyek
4. Menyarankan suatu langkah tindakan, dan merekam kegiatan.
Yang termasuk laporan untuk merekam kegiatan adalah laporan kemajuan (dapat dibuat sesuai kebutuhan ada yang setiap bulan, triwulan atau persemester )dan laporan akhir (merangkum segala segi pekerjaan setelah semuanya selesai).


Minggu, 04 November 2007

Macam-macam Evaluator

  • Evaluator Internal (Evaluasi Dalam), yang dimaksud dengan Evaluator Dalam adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang evaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari evaluator dalam yaitu:

Kelebihan :

  1. Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidaka perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasran.
  2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.

Kekurangan :

  1. Adanya unsur subyektivitas darievaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluai dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhwatirkan akan bertindak subjektif.
  2. Karena sudah memahami seluk-beluk program, jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
  • Evaluator Eksternal ( Evaluator Luar ), yang di maksud dengan evaluator luar adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. Mereka berada diluar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri maka tim evaluator luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

Kelebihan :

  1. Oleh karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka evaluator luar dapat bertindak secara objektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi, tidak akan ada respons emosional dan evaluator karena tidak ada keinginan untuk melibatkan bahwa program tersebut berhasil. kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.
  2. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya. Dengan begitu, evaluator akan bekerja secara serius dan hati-hati.

Kekurangan :

  1. Evaluator luar adalah orang baru, yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Mungkin sekali pada waktu mendapat penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-hal yang kurang jelas. hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses kegiatannya. dampak dari ketidakjelasan pemahaman tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
  2. Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.

Adapun perbedaan yang menonjol antara evaluator luar dan evaluator dalam adalah adanya satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak tahu-menahu dan tidak berkepentingan dengan program, yang diasumsikan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi.

Hal-hal yang harus dipelajari oleh seorang evaluator meliputi tujuan program, komponen program, siapa pelaksananya dan pihak-pihak mana yang terlibat, kegiatan apa saja yang sudah terlaksana dan gambaran singkat tentang sejauh mana tujuan program sudah dicapai.

Senin, 22 Oktober 2007

Resensi Buku

Judul : Kesalahan dalam Mendidik Anak

Penulis : Muhammad Rasyid Dimas

Penj. : Tate Qomaruddin, Lc

Penerbit : Robbani Press,

Cetakan : Dzulhijjah 1424 H/ Februari 2004 M

Tebal : XII+158 hlm.

Kesalahan adalah suatu hal yang wajar dalam kehidupan, dalam bidang apa pun, entah kata-kata, tindak tanduk, pekerjaan, etika bermasyarakat, dan bidang lainnya. Termasuk juga dalam mendidik anak. Namun kesalahan itu bisa ditolelir pada hal-hal yang sudah terjadi, sementara yang belum terjadi, seyogianya kita tidak pernah mengulang lagi kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya.

Karena itu, Muhammad Rasyid Dimas, ahli pendidikan anak dari al-Imarat University ini mengingatkan para orang tua agar menghindari lalu Sehingga Nabi pernah mengatakan bahwa semua orang bisa khilaf, dan sebaik-baik orang yang berslah adalah yang bertobat. mun hal itu berlaku jika sudah terjadi. lama manusia mau berpikir dan merenung tentang berbagai hal, selama itu pulalah hikmah bertebaran di mana-mana dan sungguh mudah dipetik. Itulah yang dilakukan oleh Maulana Wahiduddin Khan melalui bukunya ini. Beragam peristiwa kehidupan yang boleh jadi dianggap remeh dan sepele oleh sebagian orang, bagi tokoh yang ahli di bidang sains dan studi-studi keislaman ini menjadi lautan hikmah yang sayang untuk dilewatkan. Karena berbagai renungan dan pengamatan sosialnya yang dituangkan dalam buku ini, insya Allah akan mampu mencerahkan dan melejitkan kemampuan Anda. Dengan reputasi keilmuannya yang telah teruji, penulis produktif ini menyajikan kupasan yang mengasyikkan sekali perihal kiat-kiat meraih kesuksesan dalam hidup ini.

Dari beragam peristiwa kehidupan yang dijumpai dan diamati Wahidudin Khan, penulis lebih dari 200 buku ini menyumbangkan kearifan yang manis sekali bagi Anda, terutama bagi mereka yang gampang murung dan lesu dalam menyikapi kegagalan dalam hidup. Padahal kegagalan adalah hal biasa dalam kehidupan. Hanya bagaimana Anda menyikapi kegagalan tersebut, sehingga bisa menjadi cemeti dan menjadi tangga menuju kesuksesan. Itulah kunci yang dimiliki oleh banyak tokoh besar yang lahir di dunia ini. Sukses gemilang yang berhasil mereka raih justru buah dari kegagalan demi kegagalan yang menerpa mereka.

Dalam kehidupan manusia, hal yang paling penting adalah kemauan untuk bertindak. Menurut Wahidudin Khan, itulah pelajaran yang bisa diambil dari bangsa Jepang. Selain dijatuhkannya bom di kota Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia Kedua pada tahun 1945, Jepang juga sesungguhnya pernah dilanda guncangan yang sangat dahsyat, yaitu gempa bumi di Kanto pada awal September 1923, sehingga menyengsarakan seluruh penduduk di Jepang bagian timur.

Namun bangsa Jepang tidak mengalah pada rasa kehilangan dan frustasi, dan tidak membuang-buang tenaga untuk melakukan protes politik yang sia-sia, karena negara mereka telah dibom yang menyebabkan keruntuhan dan kehancuran. Tetapi, seperti diketahui, mereka mampu menguasai perasaan tertindas dan mulai merekonstruksi kehidupan nasional mereka dengan sebuah keinginan dan cara. Meskipun gempa bumi telah mengakibatkan kematian dan kerusakan, namun mereka mampu menggembleng diri untuk membangun kehidupan mereka yang lebih cerah.

Dan kini Jepang telah menjadi suatu pusat aktivitas teknologi, bahkan melejitkan dirinya dalam bidang industri melampaui Inggris, Eropa dan Amerika. Menariknya lagi, mengingat Jepang tidak memiliki sumber daya alam seperti yang dimiliki oleh negara-negara industri maju lainnya.

Dari kasus Jepang ini, penulis kemudian mengurai benang merah: bahwa kepuasan diri sendiri dan adanya perasaan nyaman dapat menjadi faktor-faktor yang sangat merusak dalam proses kemajuan seorang manusia selama hidupnya. Hal ini bukan berarti kesengsaraan itu sendiri adalah sesuatu yang menguntungkan. Tidak. Ia justru merupakan percikan api yang membakar jiwa seorang manusia dan menggerakkannya untuk melakukan hal yang lebih besar.

Pelajaran hidup tidak hanya tersaji dari siklus peradaban yang menerpa banyak bangsa di dunia, seperti Jepang itu, namun hikmah kehidupan juga bisa dicomot dari lakon kehidupan yang dialami oleh individu manusia. Misalnya dari seorang penjahit, yang dijumpainya telah mahir sekali dalam menjahit. Kualitas hasil jahitannya sungguh sempurna, baik terhadap orang yang mempunyai tubuh normal, maupun terhadap mereka yang bertubuh kurang sempurna atau cacat—seperti berbadan bungkuk. Dengan kemahirannya itu, si penjahit kemudian bisa mengelola suatu toko yang makmur di jantung kota.

Namun prestasi yang diraih tukang jahit itu bukan instan, melainkan hasil dari perjuangan yang lama dan cukup melelahkan. “Saya telah meraih posisi seperti sekarang ini dengan menaiki anak tangga dan bukan dengan ift,” ucap penjahit itu. Dan ujaran itulah yang dicatat dan diingat betul oleh Wahiduddin Khan.

Untuk menggapai kesuksesan dalam hidup ini memang bukan asal jadi dan serta merta jatuh dari langit. Tidak ada tombol-tombol yang tinggal Anda tekan dan kemudian secara otomatis meraih cita-cita Anda. Anda hanya dapat memperoleh kemajuan dengan selangkah demi selangkah. Kemajuan jarang dapat diraih dengan sekali lompatan dan hentakan. Dengan menggunakan sarana sebuah tangga, barulah Anda dapat maju bahkan hingga Anda memiliki lift sendiri. Namun Anda tidak dapat meraih kesuksesan hidup dengan mulai menaiki lift!

Percikan-percikan renungan seperti inilah yang bertabur dalam buku Psikologi Kesuksesan ini. Anda beruntung bisa menyimak buku ini, karena Maulana Wahiduddin Khan, penulis buku ini, sangat cerdas dan tangkas sekali dalam menggugah pembacanya agar seluruh gelegak kehidupan ini dipandang secara positif. Intelektual kelas dunia yang lahir di India ini mengobarkan optimisme yang besar sekali, sehingga tak ada alasan bagi Anda untuk menghadapi hidup ini dengan murung. Karena di balik jalan buntu yang menjegal Anda dalam meniti hidup ini, sebetulnya jalan kesuksesan terbentang luas di hadapan Anda.

Sabtu, 29 September 2007

Macam-Macam Validitas

Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive validity, content validity, dan curricular validity.

§ Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.

§ Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

§ Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

§ Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

§ Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

§ Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

§ Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

§ Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.

§ Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).